Lebih Dekat dengan Si Asma-Part 2- (Kesehatan)

Assalamuálaikum Wr. Wb.........

Lebih Dekat dengan Si Asma (Part 2-habis) Kaifa Haluk,,,,???? Insya Allah ana selalu berdoá semoga kaum muslimin di dunia ini dalam keadaan sehat wal afiat. Amin,,,,,,,

Ikhwan sekalian, pada postingan kali ini ana ingin menuntaskan pembahasan tentang si asma yang kemarin, masih ingat kan ??? Atau belum pernah baca ??? kalau memang udah lupa atau belum pernah baca, antum bisa dan harus membacanya sekarang agar pembahasannya nyambung. Ana gak tanggung jawab kalo antum nda paham. (klik sekarang untuk membaca postingan sebelumnya). Yang pastinya anda bisa mendapatkannya di gang penyelamat ini, hehe,,,,,,,,,

******************
UPAYA PENCEGAHAN

Upaya pencegahan asma dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni pencegahan sebelum gejala asma muncul/manifest dan upaya pencegahan sesudah gejala asma manifest.

Upaya pencegahan sebelum gejala asma manifest:

*) Mencegah terjadinya sensitisasi. Walaupun faktor genetik merupakan faktor penting, akan tetapi                   manifestasi klinisnya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dengan kata lain, walaupun seseorang           mempunyai faktor predisposisi untuk asma, munculnya gejala klinis asma sangat dipengaruhi oleh                   lingkungannya. Upaya untuk menghindari makanan, terutama dengan tingkat alergenitas yang tinggi baik         oleh ibu hamil maupun yang sedang menyusui, akan berpengaruh besar pada timbulnya sensitivitas pada         anak. Menunda pemberian makanan atau minuman yang mempunyai tingkat alergenitas tinggi seperti telur       dan susu formula pada anak dengan resiko tinggi akan berakibat tidak terjadinya sensitisasi dini. Hal ini         antara lain disebabkan anak yang berumur kurang dari 1 tahun relative kekurangan slgA, yang sangat             penting dalam mencegah absorpsi antigen. Penundaan ini dapat mencegah, atau paling tidak menunda             timbulnya manifestasi klinik. Penyakit asma yang timbul pada usia muda mempunyai prognosis yang               kurang baik dibandingkan yang muncul pada usia lebih tua.

Asma asma


*) Orang tua terutama ibu, dilarang merokok. Orang tua yang perokok akan meningkatkan risiko timbulnya        keluhan respiratorik pada anak-anaknya. Lebih-lebih ibu yang perokok akan mengakibatkan timbulnya          efek samping pada bayi yang dikandungnya. Ada perbedaan yang bermakna dalam hal timbulnya asma          pada keluarga yang orang tuanya merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok.

*) Mencegah terjadinya infeksi saluran napas pada anak. Infeksi saluran napas oleh virus maupun baktcri           pada masa bayi akan mengakibatkan timbulnya hiperreaktivitas bronkus, yang pada akhirnya                         menimbulkan gejala-gejala asma di kemudian hari. Dengan demikian, menghindarkan atau mencegah             terjadinya infeksi dapat menegah terjadinya asma di kemudian hari.

*) Pemberian air susu ibu (ASI). Pemberian ASI telah terbukti dapat melindungi bayi dari bronkiolitis akibat     infeksi virus. Hal ini disebabkan pada pemberian ASI terjadi transfer antibody dalam kolostrum sehingga       terbentuk imunitas pasif terhadap infeksi saluran napas oleh virus tersebut, terutama pada awal kehidupan     yang rentan.

Upaya pencegahan sesudah gejala asma manifest muncul

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan hiperreaktivitas bronkus dapat pula menjadi faktor pencetus terjadinya serangan asma. Disamping itu, berat ringannya gambaran klinis asma berkaitan erat dengan tinggi rendahnya ambang hiperreaktivitas bronkus. Dengan demikian, upaya pencegahan serangan asma dapat dilakukan dengan mempengaruhi tinggi rendahnya ambang hiperreaktivitas melalui upaya menghindarkan faktor-faktor pencetus disamping memberikan obat yang mampu mencegah penglepasan mediator/efek mediator.

*) Menghindarkan allergen makanan.
    Allergen makanan merupakan allergen yang penting pada masa bayi. Hal ini mungkin disebabkan oleh           belum sempurnanya proses pencernaan dan proses imun di usus sehingga meningkatkan resiko                     tersensitisasinya tubuh anak oleh bahan tersebut. Sensitivitas terhadap makanan seringkali menghilang             dengan bertambahnya usia, namun dapat juga berlangsung seumur hidup terutama terhadap makanan             tertentu seperti kacang-kacangan, cokelat atau ikan. Minuman yang mengandung kola atau soda, kacang-     kacangan, minuman dingin/es, goreng-gorengan, rambutan dan emping tidak jarang menjadi pencetus             serangan asma. Bila jenis makanan tertentu diduga sebagai faktor pencetus maka dianjurkan untuk                 menghindari makanan tersebut.

*) Menghindarkan allergen inhalan. Dari berbagai alergen inhalan, debu rumah merupakan allergen                     terpenting, dengan tungau debu rumah sebagai komponen terpenting. Tungau debu rumah ditemukan pada     debu kasur, sprei, dan selimut, serta debu lantai dan karpet dari ruangan tidur. Tempat yang paling disukai     antara lain bantal, guling, dan kasur yang terbuat dari kapuk, serta perabot rumah. Oleh karena itu, bila         kita ingin mencegah terjadinya serangan asma, maka lingkungan sekitar penderita asma harus diusahakan       agar bersih dan bebas dari debu rumah terutama kamar tidur, kamar belajar dan kamar keluarga dimana       anak-anak sering berada. Beberapa tindakan untuk mengusahakan kebersihan kamar tidur anak antara         lain : Bantal dan kasur dibungkus/ dimasukkan dalam kantong vinil yang ditutup dengan ritsluiting. Tirai dan     selimut dalam kamar dicuci setiap 2 minggu. Laci-laci dan rak dibersihkan dengan lap basah dan hanya         digunakan untuk menyimpan pakaian yang bersih dan sering dipakai. Karpet, majalah, buku-buku,                 mainan, dan pakaian yang jarang dipakai dikeluarkan dari kamar tidur dan lantai kamar harus dipel setiap       hari. Apabila allergen inhalan berupa serpihan hewan piaraan, dengan sendirinya untuk mencegah                   timbulnya seranagn asma sebaiknya hewan tersebut disingkirkan dari rumah.

*) Menghindarkan bahan iritan. Bahan iritan seperti obat semprot rambut, minyak wangi, asap rokok, asap       dapur, asap obat nyamuk, bau tajam dari cat, bau bahan-bahan kimia, S02, kandungan udara yang               tercemar, udara dingin dan air dingin dapat berperan sebagai pencetus asma.

*) Menghindarkan penderita asma dari infeksi virus. Infeksi virus dapat mencetuskan serangan asma. Maka upaya menghindarkan penderita asma dari infeksi virus antara lain dengan menjauhkan penderita asma dari penderita flu. *) Menghindari latihan fisik yang berat.
Latihan fisik yang berat dapat menyebabkan obstruksi jalan napas pada sebagian besar anak asma. Penyelidikan menunjukkan, macam, lama, dan beratnya olah raga menentukan timbulnya asma. Lari cepat, bersepeda paling mudah

menimbulkan asma, scdungkun renang dan jalan kaki paling keel I resikonya. Lari cepat sclama 6-8 menit, paling tinggi kemungki- nannya mencetuskan asma. Sedang- kan lari terputus-putus selama 1 -2 menit atau lari lebih dari 20 menit sangat jarang menimbulkan asma. Itu sebabnya mengapa penderita asma dianjurkan melakukan pemanasan sebelum berolahraga.

*) Lingkungan kerja. Diperkirakan, pada 2-15% penderita asma, faktor pencetusnya adalah lingkungan              kerja. Ini harus segera diketahui agar tidak memberikan penderitaan berkepanjangan. Berikut adalah zat-      zat di lingkungan kerja yang dapat mencetuskan asma.

*) Perubahan cuaca sebagai faktor pencetus. Perubahan cuaca yang mendadak seperti perubahan suhu             udara, angin, dan kelembaban, dihubungkan dengan timbulnya serangan asma. Oleh karena itu                       hindarkanlah penderita asma dari perubahan cuaca yang mendadak, terutama perubahan ke arah dingin,       misalnya dengan memakai baju hangat dan menggunakan payung apabila hujan akan mencegah timbulnya       serangan asma.

*) Faktor emosi sebagai pencetus. Faktor emosi/psikologik dapat menimbulkan serangan asma. Oleh sebab     itu, tidak adanya perhatian dan atau tidak mau mengakui adanya persoalan yang berhubungan dengan           asma oleh penderita sendiri maupun keluarganya akan menghambat, bahkan dapat menggagalkan, usaha       pencegahan. Sebaliknya, terlalu takut terhadap serangan asma juga tidak baik karena dapat memperburuk     serangan asma.

Oleh karena itu identifikasi faktor psikologik sebagai faktor pencetus maupun faktor yang dapat memperberat serangan asma, dan kemudian mencarikan jalan keluarnya, merupakan upaya penting dalam pencegahan dan penanggulangan asma.

MENGGUNAKAN OBAT ANTI ASMA

Manfaat obat-obat pencegah serangan asma terutama berdasarkan pada kemampuan obat-obat tersebut dalam mencegah penglepasan mediator maupun mencegah akibat lanjut dari mediator tersebut. Dengan demikian diharapkan akan tercapai keadaan terkontrol dalam jangka waktu lama.

Obat-obat yang dapat digunakan antara lain:


  1.  Golongan xantin. Obat-obat golongan ini menghambat aktivitas enzim fosfodiesterase, meningkatkan    sekresi katekolamin endogen dan juga mencegah penglepasan mediator, sehingga menghasilkan          bronkodilatasi. Obat-oabat ini juga mengembalikan keseimbangan imunologik yang normal dengan      memperbaiki aktivitas sel T suppressor. Termasuk golongan ini adalah teofilin yang diberikan secara  oral.
  2. Golongan simpatomimetik. Obat ini meningkatkan kadar siklik AMP dalam sel akibat rangsangan pada adenilsiklase, dan mencegah penglepasan mediator, sehingga menyebabkan bronkodilatasi. Kelemahan dari golongan obat ini ialah terjadinya penurunan respons pada pemberian yang cukup lama. Termasuk dalam golongan ini ialah efedrin, diberikan secara oral, salbutamol diberikan secara oral atau secara inhalasi.
  3. Kortikosteroid. Golongan obat ini bekerja dengan menghambat enzim fosfolipase sehingga berakibat tidak terbentuknya leukotrien dan prostaglandin. Obat ini juga dapat meningkatkan kepekaan reseptor beta-2, teristimewa pada keadaan hiporesponsif akibat pemberian obat simpatomimetik yang cukup lama. Kortikosteroid juga dapat mencegah timbulnya akibat lanjut suatu infeksi virus pada saluran napas. Kortikosteroid dapat diberikan secara oral seperti prednison atau diberikan secara inhalasi seperti beklometason.

EDUKASI PASIEN

Mengedukasi pasien adalah langkah penting untuk mencegah atau mengon- trol asma yang diderita pasien. Pasien dapat secara aktif terlibat dalam penatalaksanaan asma mereka, guna mencegah terjadinya serangan, dan dapat hidup lebih produktif. Pasien belajar meng- hindari faktor resiko, menggunakan obat-obatan secara tepat, memahami perbedaan antara obat pelega dan pengontrol, mengenali tanda-tanda terjadinya perburukan asma dan mengambil tindakan, serta mencari bantuan medis yang tepat.
**************

Demikan, mudah-mudahan artikel Lebih Dekat dengan Si Asma memberikan manfaat kepada antum semua...

Dan semoga Allah selalu memberikan kesehatan kepada antum semuanya, AMIN...

0 Comment "Lebih Dekat dengan Si Asma-Part 2- (Kesehatan)"

Post a Comment