STRATEGI MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN EKONOMI KAUM DHUAFA -Part 1- (Kajian)



Gang Penyelamat- KONDISI ekonomi belakangan ini seperti gejolak rupiah atau turunnya nilai rupiah membawa dampak luar biasa pada masyarakat Indonesia, khususnya ummat Islam Indonesia. Kesulitan-kesuiitan hidup dirasakan ummat Islam Indonesia di pelbagai tempat yang nota bene masyarakat kita, masyarakat Muslim yang strata ekonominya lemah.

Apa yang teijadi belakangan ini merupakan akibat dari rapuhnya fundamental ekonomi nasional. Dunia ekonomi Indo¬nesia rapuh, mudah goyah oleh berbagai pengaruh eksternal seperti spekulan uang dan pengaruh kondisi ekonomi negara lain dan pengaruh ekonomi eksternal lainnya.

Strategi Meningkatkan Ekonomi Rakyat
Strategi Meningkatkan Ekonomi Rakyat
Akibat kondisi semacam ini, yang sangat penting untuk diantisipasi adalah dampaknya bagi golongan ekonomi lemah dalam istilah lain kaum dhuafa. Bagi kaum dhuafa adanya krisis rupiah dipandang sangat merugikan dan merupakan ancaman bagi operasionalisasi usahanya. Hal ini sangat mungkin karena mereka tidak akan mampu bersaing dengan golongan ekonomi kuat yang relatif memiliki dukungan modal sangat besar teknologi tinggi dan sistem pendukung lainnya yang jauh lebih kuat. Akibatnya usaha kecil tidak mampu ber¬saing dengan yang lebih kuat, situasi seperti sekarang ini, secara rasio usaha ekonomi lemah sangat sulit bersaing apalagi kondisi politik yang ada kurang kondusif untuk dapat bersaing secara transparan sesuai degan mekanisme pasar.

Batasan Ekonomi Kaum Dhuafa

Secara harfiah pengertian kaum dhuafa adalah mereka yang lemah baik secara politik, sosial maupun ekonomi, bahkan juga kemampuan teknologi serta lemah dalam bersaing dengan kaum lainnya. Sehingga dapat dikatakan ekonomi kaum dhuafa adalah golongan masyarakat yang secara ekonomis lemah dalam berusaha. Dalam arti lain kelompok ini sering disebut kelompok atau golongan eknomi lemah atau usaha kecil.

Batasan usaha kecil tidak bias ditentukan begitu saja, tetapi harus menggunakan landasan penelitian, bagaimana struktur usaha kecil dewasa ini. Beberapa karakteristik usaha kecil berikut dapat dijadikan landasan bagi peningkatan kualitas usahanya. Biasanya skala usahanya kecil baik penggunaan karyawan, modal maupun orientasi pasarnya. Status usaha yang dimiliki adalah pribadi atau keluarga, sumber tenaga kerja yang dimiliki cenderung dari komunitasnya, kemauan mengadopsi teknologi, manajemen dan administrasi sangat sederhana struktur modalnya sangat bergantung pada modal tetap, dll. Mereka inilah yang paling tepat untuk dikembangkan.

Kendala-Kendala Yang Dihadapi Usaha Kecil

Sampai saat ini banyak usaha kecil yang menghadapi kendala untuk dapat tumbuh dan berkembang. Faktor-faktor yang menghambat usaha kecil antara lain:

Pertama, terbatasnya kepemilikan modal, Kedua, terbatasnya sumber daya manusia yakni yang berkaitan dengan kurangnya keahlian dan ketrampilan, Ketiga pemakaian teknologi yang masih sederhana, Keempat, penguasaan informasi yang terbatas, dan Kelima, sistem manajemen usaha yang masih tradisional.

Di samping kendala-kendala internal usaha-usaha kecil itu dihadapkan pada kendala struktual, yang kerap kali lebih berat tekanannya. Pada awal pemerintahan orde baru memegang tampuk pemerintahan kebijaksanaan ekonomi sebagian besar diarahkan untuk merangsang penanaman modal asing, berorintasi pada pertumbuhan serta mendorong pengusaha besar demestik bahkan ada yang diberi otoritas melakukan monopoly. Sudah barang tentu hal itu mengakibatkan terjadinya distorsi ekonomi. karena pengusaha lain yang ingin memasuki bidang usaha yang sama, aksesnya menajdi tertutup. .

Kebijakan ekonomi yang mendorong usaha besar itu pada mulanya diasumsikan dengan sendirinya menetes ke bawah (trikle dwon effect) karena dengan meningkatnya kegiatan usaha besar akan teijadi peningkatan kebutuhan barang material dan jasa yang dapat dipasok usaha kecil. Namun demikian asumsi tersebut dalam kenyataannya tidak banyak terwujud. Karena kebutuhan material dan jasa yang diperlukan usaha besar dipenuhi sendiri dengan cara mengembangkan kegiatan ekonomi dari hulu sampai hilir.

Hampir sebagian besar kegiatan eko¬nomi usaha besar diarahkan untuk mencapai pemenuhan kebutuhan sendiri sehingga kemungkinan besar bagi pengu¬saha kecil memasok barang dan jasa


kepada usaha-usaha besar praktis tertutup. Di samping itu pengusaha besar juga memproduksi barang yang relatif sama dengan pengusaha kecil serta mengembangkan jaringan pasar yang menjangkau pedesaan, sehingga mengakibatkan produk usaha kecil tersaingi.

Kelemahan-kelemahan tersebut mengakibatkan kemampuan usaha kecil dalam menghasilkan produksi rendah. Rendahnya output itu menyebabkan rendahnya pendapatan. Rendahnya pendapatan berdampak pada menurunnya produktivtas yang pada akhirnya kembali mempengaruhi kuantitas dan kualitas barang yang dihasilkan.

Tidak mustahil jika pun jumlah pengusaha kecil relatif banyak namun hanya menguasai sebagian kecil asset produktif dan menyumbang sebagian kecil dari produksi nasional. Data menunjukkan bahwa. 61,1% dari produksi nasional dibentuk oleh 0,2% dari seluruh perusahaan yang ada di Indonesia. Jumlah ter¬sebut sama dengan 66.428 perusahaan. Sementara itu 98,8% sisanya atau sekitar 33,4 juta perusahaan yang ada di Indo¬nesia hanya menguasai sekitar 38,9% dari produksi nasional. Kelompok 0,2 adalah kelompok usaha besar dan sangat besar. Sedangkan yang 98,8% adalah ke¬lompok usaha kecil dan kecil sekali. (harian Pelita tgl 14/10/97).

Data tersebut mencerminkan kesenjangan dan struktur usaha nasional yang timpang. Kondisi semacam itu jelas sangat rentan dalam menghadapi persaingan. Dalam era globalisasi persaingan tidak dapat ditopang oleh penisahaan besar saja, tetapi perlu dukungan perusa¬han-perusa¬haan kecil yang andal, apalagi jumlahnya demikian besar.

#Sampai di sini dulu Kajian-nya. Nantikan Part selanjutnya dengan judul yang sama,,,,,,

0 Comment "STRATEGI MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN EKONOMI KAUM DHUAFA -Part 1- (Kajian)"

Post a Comment